Permasalahan pada organ kewanitaan kerap kali mengganggu kehidupan sehari-hari kaum hawa. Pasalnya vagina merupakan area sensitif yang memerlukan perawatan khusus untuk menghindari infeksi akibat bakteri berbahaya, salah satunya yaitu vaginosis bakterialis.
Bakteri tersebut membuat keseimbangan pada vagina menjadi terganggu dan mengalami sejumlah gejala yang sangat membuat tidak nyaman. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai bakteri yang satu ini, yuk simak penjelasannya di sini!
Lebih dekat dengan vaginosis bakterialis.
Umumnya di dalam miss V wanita, terdapat dua bentuk bakteri yakni bakteri baik yang disebut dengan Lactobacillus, fungsinya untuk menjaga pH agar tetap normal. Sedangkan bakteri jahat ialah bakteri anaerob seperti Bacteroides dan Peptococus sebagai penyebab dari adanya vaginosis bakterialis (VB) tersebut. Yang mana bakteri jahat ini mengganggu kinerja dan keseimbangan dari bakteri baik. Ia akan mendominasi ketika bakteri baik sedang dalam kadar yang menurun.
Penyakit yang satu ini juga lebih berisiko mengenai wanita dengan usia produktif sekitar 15-44 tahun. Dan biasanya bisa diobati dengan resep obat dari dokter dan bukan bagian dari penyakit menular seksual.
Diagnosis vaginosis bakterialis :
Wawancara medis untuk mengetahui gejala apa saja yang dialami.
Pemeriksaan fisik terhadap vagina dengan cara memasukkan alat spekulum.
Memeriksa tingkat keasaman pH pada miss V. Keadaan normal akan menunjukkan rentang 3,8-4,5. Sedangkan apabila terserang bakteri ini akan pH-nya akan meningkat di atas 4,5.
Melakukan pemeriksaan sampel sekresi atau keputihan dengan prosedur swab. Lalu akan diteliti lebih dalam melalui laboratoium untuk mendeteksi bakteri anaerob yang tumbuh.
11 faktor yang meningkatkan vaginosis bakterialis :
Perubahan hormon akibat mens, kehamilan, serta menopause.
Aktivitas merokok.
Punya riwayat penyakit infeksi penyakit menular.
Berganti-ganti pasangan dan tidak memakai pengaman.
Penggunaan obat-obatan antibiotic dalam jangka panjang.
Menggunakan AKDR (alat konstrasepsi dalam rahim) atau intrauterine device (IUD).
Memakai sabun cuci yang mengandung bahan kimiawi keras untuk mencuci pakaian dalam.
Membersihkan miss V dengan semprotan air.
Menggunakan cairan pembersih yang mengandung parfum dan antiseptik.
Penurunan kadar banteri baik Lactobacillus secara alami.
Terinfeksi parasite Trichomonas.
Tanda yang dirasakan akibat vaginosis bakterialis.
Miss V yang Gatal dan Iritasi
Keluhan yang satu ini sering ditemukan dalam kasus bacterial vaginosis. Rasa tidak nyaman pada vagina yang terasa gatal lebih parah dan terkadang menyakitkan. Gejala tersebut bisa saja karena terkena iritan, infeksi, menopause, penyakit kulit dan penyakit menular seksual.
Namun pada kondisi yang langka dapat terjadi karena terlalu stress atau mengalami kanker vagina/vulva. Walaupun tidak selalu berbahaya, namun perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya lebih lanjut.
Keputihan yang Berbau Busuk
Tanda berikut ini menjadi yang paling mudah terlihat. Apabila area kewanitaan mengalami masalah keputihan yang lebih buruk dari biasanya, aromanya busuk serta amis, kemudian warnanya putih susu/keabu-abuan/kuning dan teksturnya berbusa/berair bisa jadi hal tersebut berhubungan dengan adanya vaginosis bakterialis. Bau tersebut dapat semakin parah setelah melakukan hubungan atau saat haid.
Terasa Nyeri Ketika Buang Air Kecil
Jika rasa nyeri tersebut muncul dapat terjadi karena adanya masalah infeksi atau peradangan pada saluran kandung kemih. Akan tetapi pada kondisi tertentu, ada juga kemungkinan karena terinfeksi penyakit menular seksual antara lain herpes, genital, gonore, dan klamidia.
Bahkan sensasinya tidak hanya terasa nyeri saja, namun juga sampai mengalami rasa terbakar ketika buang air kecil dan sering anyang-anyangan. Hal ini bisa terjadi karena penggunaan produk tertentu yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan mengiritasi bagian vagina.