Secara normal setiap wanita pasti akan mengalami siklus mentruasi. Hal ini terjadi karena ovarium atau tempat bereproduksinya sel telur tidak terbuahi oleh sperma. Sehingga setiap bulannya akan luruh dan menjadi darah haid. Namun darah yang luruh tersebut dapat menyebabkan nyeri pada bagian perut. Di mana rasa sakit tersebut akan berbeda-beda pada setiap wanita, tergantung berbagai macam faktor yang ada.
Yang harus Anda perhatihan dan waspadai ialah ketika nyeri haid ini menjadi tidak tertahankan atau terasa sangat hebat dari biasanya dan terjadi berulang-ulang. Bisa jadi terdapat penyakit berbahaya yang mengintai di dalam tubuh. Jika ini merupakan hal yang baru bagi Anda, simak sampai selesai ya sebagai penambah wawasan. Dan jika Anda mengalaminya, tidak menjadi panik dan sudah tahu langkah seperti apa yang akan diambil.
Berkenalan dengan nyeri haid.
Ada 2 jenis dismenorea yakni primer dan sekunder. Dismenorea primer terjadi akibat peningkatan senyawa prostaglandin. Yang mana seiring waktu haid berjalan, kadar prostaglandin dalam rahim akan berkurang sehingga nyeri yang ada pun ikut berkurang.
Lain lagi dengan dismenorea sekunder, ialah nyeri mens karena adanya gangguan pada sistem reproduksi wanita. Umumnya yang akan dirasakan yaitu nyeri yang lebih menyakitkan dari biasanya. Walaupun sudah ditanggulangi dengan upaya meminum obat antinyeri, ia tidak kunjung membaik. Berarti harus meminta bantuan ahli dokter untuk memberikan penanganan lanjutan.
Penyebab nyeri haid dapat menjadi berbahaya!
Penyakit Radang Panggul
Menurut salah satu dokter yakni dr. Riska Ismalilia Puteri Iskandar, menyatakan bahwa penyebab penyakit ini karena adanya infeksi bakteri gonore dan klamidia yang menyerang uterus. Yang mana berpotensi untuk menyebar ke organ reproduksi lainnya antara lain endometrium, meiometrium, tuba falopi, ovarium, dan peritoneum pelvis. Dan penularan paling utama yakni lewat hubungan seksual.
Gejala yang datang ialah sebagai berikut :
-
-
- Rasa nyeri yang menyakitkan pada perut bagian bawah.
- Keputihan tidak normal dan berbau menyengat.
- Adanya cairan servikal dan vaginal abnormal yang keluar.
- Dispareunia (nyeri saat berhubungan intim).
- Mengalami demam dengan temperature di atas 38,3oC.
- Pendarahan pada rahim secara abnormal.
- Terasa sakit saat buang air kecil.
- Muntah-muntah.
-
Stenosis Serviks
Ada beberapa kasus di mana mulut leher rahim bisa amat kecil, karena adanya jaringan parut. Sehingga akan menghambat laju darah menstruasi untuk keluar dan menyebabkan meningkatnya tekanan dalam rahim terasa lebih menyakitkan. Tanda yang akan dirasakan yakni nyeri berkepanjangan dan tidak membaik meski sudah mengonsumsi obat antinyeri.
Stenosis serviks bisa menyebabkan wanita yang tidak mengalami haid (amenore), justru menjadi pendarahan secara abnormal.
Jika sudah begitu, menghubungi dokter merupakan langkah yang tepat. Karena dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti wawancara medis, pemeriksaan fisik, sampai dengan memeriksa bagian dalam perut Anda dengan USG untuk melihat organ reproduksi secara lebih seksama.